Monday, January 15, 2007

Tentang Narsih


sabtu kemarin suaranya masih nyaring
di telingaku
mas, jangan tinggalkan aku
begitu katanya
dengan tangan masih erat
memeluk tubuhku
tapi suaranya nyaringnya
membawa pilu yang begitu tajam
menusuk di jantungku
semuanya sampai
luka duka dan nyeri yang ia lewati
membekas dimatanya
dengan tetes airmata
yang jatuh dibahuku

pagi kemarin
wajahnya masih sumringah
melempar senyum dipagi hari
mas, diminum kopinya nanti keburu dingin
tangan halusnyapun masih terasa
dibahuku
setiap kali ia memijat bahuku
sepulang kerja
mas, jangan terlalu capek, nanti mas sakit

malam ini
tak lagi kudengar
rintih dari kamarnya
seperti tak ada duka
yang pernah singgah
tak lagi kulihat ia duduk termenung
di jendela
seperti tak ada cerita
yang selalu ia renungkan

tujuh tahun yang lalu
aku bertemu dengan narsih
kala ia menangis tersedu
di bawah pohon randu dekat pos ronda
ia sendiarian…
lalu aku membawanya pulang
dan mengurusnya seperti adiku sendiri
sampai hari ini ia masih seperti adiku
tapi hari ini
ia menghilang dari hidupku
ia berlalu bersama mata hari
entah
kemana ia berlalu anginpun tak tahu
hanya pesan yang ia tinggalkan di meja kamarnya
mas, jangan lupa minum obatnya

itu saja
ya itu saja dari narsih


galuh, 25 oktober 2006
salam,
zaky

No comments: