malam yang gaduh
kilatan blitz tepuk tangan tawa gadisgadis
konserto puluhan nada mendedah gerimis yang pejal
lelaki yang gaduh
kehadirannya mendecitkan suara miris
ia mencoba memainkan berlaratlarat syair berkarat ajal
seorang gadis berkerudung dan gairah ingin
menghampiri menyodorkan sebuah nada
nasi bungkus segelas air putih dan sepotong paha ayam
" makanlah mungkin anda lapar
kami sedang sibuk memintal sebuah resital
bagi masa depan yang tak mungkin kau kenal"
lalu tangan dekil mencukil secuil nasi yang dingin
matanya melayang dari ruang lantai dua
memandang jauh keluar jendela yang buram
sebuah bunga kemboja jatuh
mungkin dijotos usia mungkin terkena cucuran gerimis
atau mungkin dihempas nada resital yang sintal
selanjutnya dingin berlabuh
mengalir dari bulirbulir gerimis pada hujan januari yang sinis
sayang tak ada tempat untuk kopi kental pada malam resital
Parung, 23 Januari 2007
1 comment:
hmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Post a Comment